Sunday, 22 April 2012

PENGERTIAN TENTANG TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DAN KRITIK BUKU PROPHETIC EDUCATION

 

PENGERTIAN TENTANG TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DAN KRITIK BUKU PROPHETIC EDUCATION



                                      Nama                          :        Makmun Murod Efendi Zarkasi
                                      NIM                            :        102338048         
                                      Jurusan/Prodi               :       Tarbiyah/PAI NR A
                                      Mata Kuliah                 :       Ilmu Pendidikan Islam
                                      Dosen Pengampu          :      Dr. H. Moh. Roqib, M. Ag




SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI (STAIN)
PURWOKERTO 2012








PENGERTIAN TENTANG TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

        Tujuan Pendidikan islam tidaklah selalu paten di sepanjang periode perkembangan islam. Pada abad pertama hijriah tujuan pendidikan islam berbeda dengan tujuan pendidikan  pada abad ke 4H. oleh karena itu kita lihat bahwa tujuan  dan sasaran pendidikan islam itu mengalami perkembangan pada abad-abad berikutnya. Pada hakikatnya tujuan pendidikan islam itu selama-lamanya bersumber dari aliran rasionalisme dan keagamaan, yang diikuti para pendidik  muslim. Akibatnya pendirian atau pandangan mereka serta tujuan-tujuan pendidikan yang mereka ikuti dalam pengajaran dan pendidikan saling berbeda menurut aliran paham masing-masing.[1]
Saint Thomas Aquinas (1225 – 1273 M) pernah menyatakan bahwa sesungguhnya tujuan pendidikan islam dan tujuan hidup adalah merealisasikan kebahagiaan dengan cara menanamkan keutamaan akal dan akhlak. Kumudian john locke memperkuat pentingnya pendidikan akhlak. Katanya : “ sesungguhnya keutamaan itu adalah sesuatu yang paling wajib kita jadikan tujuan pendidikan”. Sedangkan Jeane Jaque Rousseau mengajak kepada kehidupan yang alamiah dan menganjurkan agar pendidikan berbuat untuk menyenangkan dan menghormati kegemaran anak-anak, di samping itu dalam waktu bersamaan ia mengajak agar memberikan kebebasan anak untuk bertumbuh sesuai tabi’atnya.
Hegel (1770-1831M) berpendapat bahwa sebaiknya pendidikan ini berusaha untuk mendorong perkembangan jiwa kelompok dan menghindari perbuatan yang membawa kepada dorongan kebendaan(materialism). Pendapat ini didukung oleh hebart (1276-1841M) dengan pendapatnya:”sesungguhnya prinsip dorongan kebendaan ini didasarkan atas analisa yang salah terhadap watak asli manusia. Kemudian ia mendukung pendapat yang menyatakan bahwa:”tujuan pendidikan sangay berkaitan dengan pengaruh lingkungan sekitar.[1]
Menurut al Syaibani, tujuan pendidikan Islam adalah :
1. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat.
2. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.
3. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.
Menurut al abrasyi, merinci tujuan akhir pendidikan islam menjadi
1. Pembinaan akhlak.
2. menyiapkan anak didik untuk hidup dudunia dan akhirat.
3. Penguasaan ilmu.
4. Keterampilan bekerja dalam masyrakat.
Menurut Asma hasan Fahmi, tujuan akhir pendidikan islam dapat diperinci menjadi :
1. Tujuan keagamaan.
2. Tujuan pengembangan akal dan akhlak.
3. Tujuan pengajaran kebudayaan.
4. Tujuan pembicaraan kepribadian.
Menurut Munir Mursi, tujuan pendidikan islam menjadi :
1. Bahagia di dunia dan akhirat.
2. menghambakan diri kepada Allah.
3. Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat islam.
4. Akhlak mulia.[2]

          Pada dasarnya Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat. Dalam kontek sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi rohmatan lil’alamin, baik dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup dalam Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhirat pendidikan Islam.
          Tujuan khusus yang spesifik menjelaskan apa yang ingin dicapai melalui pendidikan Islam. Sifat lebih praxis, sehingga konsep pendidikan Islam jadinya tidak sekedar idealisasi ajaran-ajaran Islam dalam bidang pendidikan. Tujuan pendidikan secara umum dirumuskan tujuan pendidikan itu diambil dari pandangan hidup ( philosophy of line) yaitu bentuk manusia sempurna (insan kamil) menurut Islam, dengan sosok figur Nabi Muhammad SAW. Tujuan pendidikan tersebut meliputi jasmaniyah, rohaniyah dan mental atau dengan kata lain tujuan tersebut dapat diklasifikasikan pada tiga wilayah fisik-mental, rohani-spiritual dan mental-emosional. Ketiga-tiganya harus menuju ke arah kesempurnaan.
          Menurut buku Prophetic Education, tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk akhlak mulia, persiapan kehidupan dunia-akhirat, persiapan untuk mencari rizky, menumbuhkan semangat ilmiah dan persiapan profesionalismesubjek didik (hal 122). Tujuan yang telah terinci tersebut harus dijadikan orientasi secara utuh dan terpadu.
          Semua konsep tujuan pendidikan tersebut secara praktis bisa dikembangkan dan diaplikasikan sebagai lembaga yang mampu mengintegrasikan, menyeimbangkan dan mengembangkan kesemuanya dalam sebuah institusi yang tidak terlepas dari masjid yang menjadi pustakanya.
          Dengan pemaparan definisi pendidikan islam di atas dapat disimpulkan bahwa definisi pendidikan islam adalah proses pembentukan kepribadian manusia kepribadian islam yang luhur. Bahwa pendidikan islam bertujuan untuk menjadikannya selaras dengan tujuan utama manusia menurut islam, yakni beribadah kepada Allah swt. Diharapkan dengan pemahaman hakikat pendidikan islam ini. Member motivasi agar manusia khususnya muslim selalu mencari ilmu hingga akhir hayat.[3]


Kritik buku Prophetic Education
Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,pemahaman,dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.Islam sebagai agama yang sangat menganjurkan pada umatnya untuk mencari ilmu,tentunya memiliki aturan tersendiri dalam pendidikan yaitu pendidikan yang sesuai dengan yang pernah diajarkan oleh Nabi Muhammad.
Hal inilah yang oleh Dr.Moh.Roqib,M.Ag.menjadi bahasan dalam bukunya yang berjudul “PROPHETIC EDUCATION” yaitu sebuah buku yang cukup bagus untuk dijadikan rujukan oleh calon-calon pendidik atau untuk dijadikan koleksi perpustakaan pembaca pada umumnya.Saya sendiri sebagai mahasiswanya sangat tertarik dengan ulasan-ulasan beliau tentang pendidikan yang ditulis dalam buku ini.
Beliau sebagai dosen dan sekaligus penulis yang cukup produktif dengan menghasilkan karya-karya yang ikut memberikan sumbangsihnya dalam dunia pendidikan di Indonesia terutama pendidikan yang bernafaskan islam.Dalam buku yang diberi judul “PROPHETIC EDUACATION” beliau mengangkat tulisan yang jarang sekali ditulis oleh penulis-penulis lain,yaitu sebuah buku yang merupakan hasil penelitian beliau tentang bagaimana konsep filsafat dan budaya profetik dikonstektualisasikan dalam dunia pendidikan. Dimana beliau mencoba menggali dari pendidikan yang pernah disampaikan oleh Nabi Muhammad kepada para sahabat,selain itu beliau juga terinspirasi oleh karya-karya Ahmad Tohari.

Makna Filsafat dan budaya profetik jika dikonstektualisasikan dalam pendidikan dibahas secara runtut, mulai dari : tujuan pendidikan profetik, materi pembelajaraan, metode dan strategi pembelajaran profetik, peserta didik dan pendidik profetik, evaluasi pendidikan profetik hingga lembaga pendidikan profetik. Bahasa tutur yang ringan menjadi nilai plus tersendiri pada buku ini. Sehingga semua kalangan dengan mudahmemahami materi yang disampaikan.[4]

Pembahasan pemikiran salah satu tokoh pada paradigma profetik yang disuguhkan menjadikan penambahan kosa kata yang pada akhirnya membuat pembaca sedikit enggan karena menjadikan demikian banyak halaman yang pastinya membutuhkan waktu lama untuk membacanya. Kedetailannya dalam menuliskan pembahasan pendukung lebih domonan sehingga terkesan seperti penelitian karya sastra tokoh tertentu[5]. Banyaknya catatan kaki pada buku Prophetic Education membuat buku ini menjadi terkesan bukan pemikiran murni si penulis.
 
Pada buku Prophetic Education didalamnya terdapat penjelasan tentang format baru pendidikan yang lebih konperhensif dengan mendidik manusia yang tidak terpisah dari Tuhan dan alam sebagai paradigmanya. Bukan sekedar gagasan tapi merupakan potret pendidikan ideal dimasa depan. Lihat pada halaman 49, disitu terdapat cara pengajaran atau mendidik peserta didik yang mangkiaskan pada cara Nabi  untuk menyampaikan tugas-Nya, sehingga lagi-lagi membuat nilai plus pada buku ini. Menurut saya emang bagus, tentang bagaimana cara kita untuk menjadi seorang pendidik jika kita mengambil/mencontoh bagaimana seorang Nabi mengerjakan tugasnya. Seperti yang disampaikan pada kegiatan training ESQ kemarin dengan pembicara pak Sony (15/3/12). Beliau menjelaskan cara mendidik seperti itu dan beliau juga mengatakan bahwa kalo anda ingin menjadi seorang pendidik, maka anda harus mendidik pesrta didik layaknya seorang Ibu mendidik anaknya. Karena seorang Ibu tanpa pamrih untuk mendidik anaknaya supaya lebih baik, dan seorang Ibu tidak bosan-bosan untuk menegur, memberi nasihat/pengajaran pada anaknya apabila ia berbuat kesalahan. Dari sikap seorang Ibu kita bisa mengambil bahwa seorang pengajar harus selalu memberikan pengajaran, dukungan dan memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang mampu/kurang cepat untuk menerima palajaran yang disampaikan oleh pengajar, supaya peserta didik berubah menjadi peserta yang lebih pintar dan baik. Beliau juga berpesan jangan sekali-kali berbuat kekerasan pada peserta didik apabila pesrta didik membuat kita kesal.



4PAI NR A_Ilmu Pendidikan Islam

0 comments:

Post a Comment