Saturday, 21 April 2012

Mengapa Aspek Agama Menjadi Landasan Perumusan Tujuan Pada Pendidikan


     1.     Pengertian Pendidikan
Pendidikan menurut istilah adalah suatu usaha sadar yang teratur dan sistematis, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi anak mempunyai sifat-sifat dan tabi’at sesuai cita-cita pendidikan.
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dl usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.
Menurut Hamka pendidikan adalah proses ta’lim dan menyampaikan sebuah misi (tarbiyah) tertentu. Tarbiyah mengandung arti yang lebih komprehensif dalam memaknai pendidikan terutama pendidikan Islam baik secara vertikal maupun horizontal. Prosesnya merujuk pada pemeliharaan dan pengembangan seluruh potensi (fitrah) peserta didik baik jasmaniah maupun rohaniah.
Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah proses pembudayaan yakni suatu usaha memberikan nilai-nilai luhur kepada generasi baru dalam masyarakat yang tidak hanya bersifat pemeliharan tetapi juga dengan maksud memajukan serta memperkembangkan kebudayaan menuju ke arah keluhuran hidup kemanusiaan.

2.     2. Pengeetian Agama
agama menurut Ensiklopedia Indonesia diuraikan sebagai berikut: “Agama (umum), manusia mengakui dalam agama adanya yang suci: manusia itu insaf, bahwa ada sesuatu kekuasaan yang memungkinkan dan melebihi segala yang ada.[1]
 Sehingga dengan demikian manusia mengikuti norma-norma yang ada dalam agama, baik tata aturan kehidupan maupun tata aturan agama itu sendiri. Sehingga [2]dengan adanya agama kehidupan manusia menjadi teratur, tentram dan bermakna. Sedangkan agama (wahyu) adalah agama yang menghendaki iman kepada Tuhan, kepada para rasulNya, kepada kitab-kitabNya untuk disebarkan kepada segenap umat manusia.

3.    3.  Hubungan Pendidikan dengan Agama
            Agama menyiapkan norma hidup yang komprehensif yang melandasi tujuan pendidikan. Norma ini bersifat stabil karena berpangkal pada norma absolut, berasal dari Allah Swt. yang secara berangsur disadari manusia dalam lingkup waktu dan tempat (Ashraf, dalam Al-Attas 1978:xii). Agamalah yang menyiapkan dan melahirkan tujuan pendidikan yang sangat bermakna, sebab tujuann tersebut diwahyukan kepada Rasul yang berpangkal pada tujuan diciptakannya manusia.
              Pendidikan sangat erat kaitannya dengan Agama. Bahkan Agama merupakan landasan terpenting bagi pendidikan. Ilmu pendidikan berlandaskan agama mengandung makna bahwa agama itu menjadi sumber inspirasi untuk menyusun ilmu untuk menyusun ilmu atau konsep-konsep pendidikan dan melaksanakan pendidikan. Teori pendidikan Islam berangkat dari al-Qur’an dan As-Sunnah, sehingga ayat-ayat al-Qur’an dan sunnah Rasul itu dijadikan landasan dalam keseluruhan sistem pendidikan.

4.     Agama Menjadi Landasan Perumusan Tujuan Pada Pendidikan
          Agama memberikan landasan pemikiran berkenaan dengan manusia, siapa dirinya, dari mana asalnya, mau kemana dirinya, dan apa yang seyogianya diperbuat manusia dalam kehidupan di dunia ini. Atas landasan itu para pakar pendidikan dapat menyusun dasar dan tujuan pendidikan yang utuh, konprehensif dan mendalam. Rumusan tujuan itu dijabarkan menjadi tujuan yang lebih khusus lagi dan dapat memilih materi yang lebih cocok dengan tujuan itu. Kontribusi dalam temuan berbagai ilmu, psokologi, sosiologi, sains dan ilmu lain dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam upaya mencapai tujuan pendidikan itu. Agama mengatur seluruh aspek kehidupan pemeluknya sebagai individu, anggota masyarakat serta lingkungannya. Agama merupakan penghambaan manusia terhadap Tuhannya. Agama bersifat dogmatis, otoriter serta imperatif sehingga setiap pemeluknya harus mentaati   aturan, nilai serta norma yang ada di dalammnya. Aturan-aturan tersebut bersifat mengikat dan berfungsi sebagai pedoman bagi pemeluknya untuk mencapai kebahagian yang diidamkannya. Bila aturan tersebut dilanggar maka dampaknya bukan hanya pada individual saja tetapi juga lingkungan sekitar.
         Bila berbicara tentang agama maka tidak akan pernah lepas dari pendidikan.  Agama selalu bersifat pendidikan karena di dalamnya ada transfer ilmu dan pengetahuan yang bersifat dogmatis. Lain halnya bila berbicara tentang pendidikan maka tidak selalu berkaitan dengan agama. Namun dalam proses pendidikan maka pendidikan harus sejalan dengan agama dan saling melengkapi sehingga output yang dihasilkan oleh pendidikan bersifat syamil/menyeluruh/paripurna. Hal ini sesuai dengan Visi Kementrian  Pendidikan Nasional tahun 2025 yaitu menghasilkan insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif (insan kamil/insan paripurna). Yang dimaksud dengan insan Indonesia Cerdas adalah cerda[3]s komprehensif yaitu cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual dan cerdas kinestetis. [4]Landasan Agama pada pendidikan memberi perspektif filosofis yang seyogyanya merupakan “kacamata” yang dikenakan dalam memandang menyikapi serta melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu maka ia harus dibentuk bukan hanya mempelajari tentang agama, sejarah dan teori pendidikan, psikologi, sosiologi,[5] antropologi atau disiplin ilmu lainnya, akan tetapi dengan memadukan konsep-konsep, prinsip-prinsip serta pendekatan-pendekatannya kepada kerangka konseptual kependidikan.
Akhirnya, sebagai tenaga professional guru dan tenaga kependidikan  harus memperoleh persiapan pra-jabatan guru dan tenaga kependidikan harus dilandasi oleh seperangkat asumsi filosofis yang pada hakekatnya merupakan penjabaran dari konsep yang lebih tepat daripada landasan ilmiah pendidikan dan ilmu pendidikan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu pendidikan  mempunyai hubungan yang erat dengan Agama, Sehingga Agama dijadikan sebagai sutu landasan perumusan pendidikan, dan pendidikan agama mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan moral anak didik. Oleh karena itu orang tua/pendidik haruslah memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
  •      Pdidikan agama hendaklah diberikan kepada anak sedini mungkin, ajarilah dari hal-hal yang kecil sesuai dengan tuntunan agama.
  •       Pelajaran pendidikan agama bukan merupakan science semata, melainkan ilmu amaliah tercakup di dalamnya.
  •    Anak cenderung mengikuti apa yang dilihatnya dari orang dewasa oleh karena itu hendaknya orang-orang tua membiasakan berprilaku keseharian dengan akhlakul karimah, baik perkataan maupun perbuatan.    
5. Kesimpulan                             
Pendidilkan yang idealnya dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahtraan serta berupaya merekontruksi suatu peradaban adalah salah satu kebutuhan asasi yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Hal ini juga yang merupakan pekerjaan wajib yang harus diemban oleh negara agar dapat membentuk masyarakat yang memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menjalankan fungsi-fungsi kehidupan yang selaras dengan fitrahnya serta mampu mengembangkan kehidupannya menjadi lebih baik dari setiap masa ke masa. Kesemuanya itu tidak luput dari peran ilmu agama sebagai pembentuk karakteristik dan mental peserta didik yang berbudi lihur. Sehingga penguasaan terhadap ilmu pengetahuan-teknologi, aspek-aspek teknologi (hasil-hasil teknologi) dan kemajuan-kemajuan lainnya merupakan sesuatu yang harus disadari oleh peserta didik sebagi kebutuhan dan kewajiban yang harus selslu dilaksanakan dalam menjaga keharmonisan kehidupan.                           
Pembentukan karakter dan mental merupakan bagian penting dari proses. agama yang menjadi sistem kontrol dalam pembentukan karakter dan mental peserta didik hanya ditempatkan pada posisi yang minimal, dan tidak menjadi landasan dari seluruh aspek. Padahal agama sangat dibutuhkan dalam penyusunan kurikulum, demi terwujudnya suasana belajar dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan diri untuk bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Penerapan pendidikan sekuler materialistik melahirkan kualitas sumber daya manusia yang rendah. Kondisi kualitas sumber daya manusia yang rendah ini memperburuk kehidupan bermasyarakat. Memang dengan pendidikan sekarang masih melahirkan generasi yang ahli dalam pengetahuan sains dan teknologi, namun ini bukan merupakan prestasi, karena pendidikan seharusnya menghasilkan generasi dengan kepribadian yang unggul dan sekaligus menguasai ilmu pengetahuan yang mampu bersikap luhur dari masa-kemasa. Atas dasar itulah kiranya agama menjadi suatu keharusan untuk dijadikan landasan dari  tujuan pendidikan.[7]






[1] 4PAI NR A_Filsafat Pendidikan Islam




0 comments:

Post a Comment