Thursday, 2 August 2012

Filosofi Shalat

Hari ini adalah hari dimana hati ini terasa begitu berat. Terhempas sampai pada titik terendah. Hancur lebur.

Pasca sholat Subuh, televisi kamar tamu atas aku nyalakan. Sengaja mencari siraman rohani. Semoga saja bisa meringankan beban di hati. RCTI menyiarkan siraman rohani dengan tema sholat. Dinyatakan bahwa sholat adalah satu-satunya amalan yang diberikan Allah kepada Rasulullah secara langsung. Tidak melalui perantara. Ini adalah salah satu sebab mengapa sholat itu sangat penting. Aku masih belum sadar …..

Turun ke bawah. Mencari mama. Ternyata sedang menyeduh teh. Aku nyalakan televisi di bawah. Di TVRI kali ini siraman rohaninya. Dosen IAIN. Bapak Tulus namanya seingatku. Dan bahasannya juga mengenai sholat. Hanya dari sisi pandang yang berbeda. Bahwa sholat itu tidak boleh ditinggalkan. Bahkan dalam bepergian sekalipun. 

Dan akupun masih belum sadar juga ….

Hari ini adalah hari yang berat untukku. Karenanya aku putuskan untuk ikut mama papa pengajian di Solo. Daripada di rumah sendiri. Berpikir yang tidak-tidak. Mungkin lebih baik aku mengaji. Siapa tahu dapat ilmu untuk menenangkan hati.
Di pengajian haji mama papa, ustadz yang dipanggil ternyata ustadz Satori. Ustadz yang sudah sangat familiar namanya. Namun belum pernah sekalipun aku ikuti pengajiannya. Dan temanya kali inipun sholat. Dilihat dari sisi pandang filosofi gerakan sholat.
Dimulai dari niat yang berarti mempersiapkan hati. Takbir. Adalah sebuah pengakuan akan kebesaran Allah. Menggambarkan pengumuman ke”sholat”an kita. Mereferensi kelahiran kita di muka bumi.

Sholat dilakukan pada posisi berdiri. Berdiri bermakna bahwa otak yang merepresentasikan ego berada di atas hati yang merepresentasikan nurani. Ini adalah fase dimana ego lebih mengendalikan nurani. Contoh hidup manusia pada fase ini adalah fase anak-anak. Diberi gambaran bahwa betapa sulitnya anak kecil berbagi pada sesamanya adalah gambaran betapa anak kecil masih didominasi kesadaran ego dibandingkan kesadaran nurani. Sering ditemui anak kecil yang tidak mau berbagi permen yang dimilikinya pada adiknya sekalipun. Karena takut jatahnya berkurang. Ini adalah fase dmana ego masih berada di atas nurani.

Gerakan berikutnya adalah ruku’. Adalah gerakan yang menggambarkan bahwa ego dan nurani berada dalam posisi yang sama. Sejajar. Fase ini menggambarkan fase kehidupan manusia sebagai seorang remaja. Terkadang antara nurani dan egonya bertentangan. Pernahkah anda merasakan betapa enggannya kita berbagi tempat duduk di bis kota pada seorang ibu tua ? Atau enggannya berbagi uang jajan kepada seorang peminta-minta di lampu merah ? Dalam hati ada pertentangan. Jika diberi uang kita habis, kalau tidak diberi kok kasihan. Inilah fase yang digambarkan oleh gerakan ruku’. Seringkali pertentangan itu kemudian dimenangkan oleh ego kita. Ketidakstabilan fase ini ditegaskan lagi adanya gerakan berdiri sebelum sujud. Ini menandakan betapa seringkali pertentangan batin ini dimenangkan oleh ego.

Gerakan sujud. Adalah gerakan yang menggambarkan bahwa kini ego berada di bawah nurani. Adalah penggambaran fase kehidupan manusia berada di fase pencerahan. Fase kedewasaan. Cerita hikayat tentang Syaidina Ali bin Abi Thalib. Suatu hari beliau harus membelanjakan uang sebesar 6 dirham ke pasar untuk membeli roti bagi anak-anak beliau. Namun ditengah jalan, beliau bertemu dengan seorang fakir yang sungguh perlu dibantu. Jika beliau masih berada di fase ruku’, tentu bisa dibayangkan apa yang akan dilakukan beliau. Namun beliau memberikan semua uang itu kepada fakir tersebut dengan ikhlas. “Semoga Allah memberikan balasan setimpal kepadamu.” Demikian doa dari sang fakir tersebut. Saat beliau dalam perjalanan pulang, beliau bertemu dengan seorang sahabat yang sedang berlebihan makanan. Dan beliau kemudian dibagi yang jumlahnya lebih dari jumlah yang bisa dibeli dengan uang 6 dirham. Itulah gambaran fase sujud dari seorang Ali bin Abi Thalib.
Gerakan duduk. Adalah penggambaran dari kepasrahan. Pasrah dan tawakal atas semua keputusan Allah akan dirinya. Betapa bahwa manusia itu sudah dijamin semua kebutuhan hidupnya di dunia.
Dan gerakan salam. Adalah penggambaran betapa kita kelak akan meninggalkan dunia. Dengan berpamitan kepada orang-orang terdekat kita. Baik yang di kanan, maupun kiri. Dan memberikan doa, semoga engkau diberi keselamatan. 

Dan kemudian akupun tersadar….

3 pengajian dengan tema sholat di hari yang sama. Ini bukanlah sebuah kebetulan. Ini adalah peringatan dan hikmah dari Allah. Ada hal yang kurang dalam aku memaknai sholatku.
Dan jadikanlah sholat dan doa sebagai senjatamu.
Ada sebuah kepasrahan yang kurang aku bisa maknai pada sholatku. Dalam ibadahku. Dan dalam keseharianku. Pasrah pada keputusanNya. Dan percaya bahwa Ia tidak akan memberikan kejadian yang hanya akan menyulitkanku. Karena hanya Dia yang paling mengerti aku sebagai penciptaKu. Dan hanya Dia yang sudah menyiapkan penyelesaian terbaik untukku.
Karenanya kemudian dengan semua kejadian ini. Aku pun berpasrah diri padaMu. Hanya kepadamu aku mohon pertolongan. Hanya kepadamu aku bermunajat. Dan hanya kepadamu aku minta perlindungan.
Ya Allah. Aku mengadu kepadaMu. Aku bersujud dihadapmu. Dengan segala kesalahan dan dosaku. Aku mohon ampun kepadaMu.
Hari ini aku merasa berada pada titik terendah. Aku yakin bahwa kejadian ini hanya bisa terjadi atas ijinMu ya Allah. Dan aku yakin tidak ada ijinMu yang bertujuan untuk menyulitkanku. Saat Engkau memberikanku ujian, telah Engkau siapkan pula jawaban.

0 comments:

Post a Comment